Kamis, 11 Agustus 2016

Dear Mars

6 Mei 2016 ...
Malam ini sangat terasa berbeda. Setidaknya untukku.
Kau tahu kenapa? entahlah.
Sebenarnya aku pun tidak terlalu tahu mengapa aku menyebutnya “berbeda”. Saat ini terlalu banyak yang kurasa sehingga aku bingung harus merasakan apa, yang jelas saat ini hanya satu hal. Aku memiliki seseorang.
Seseorang yang menjadi alasanku untuk bersabar
Seseorang yang menjadi alasanku untuk bisa merasakan rindu dan
Seseorang yang menjadi alasan lainku untuk merasakan hal ini.
Kau tahu? semenjak kemarin aku sangat tidak ingin merasakan ini. Perasaan seperti inilah yang kadang membuatku menjadi wanita cengeng, manja dan penakut. Sungguh aku tidak mengharapkan perasaan seperti ini dan tunggu!.... darimana asalnya keberanian ini datang? Apakah aku hanya mengigau dua hari yang lalu? Apakah aku bertindak gegabah dua hari yang lalu? Apakah aku ... oh sial! Pikiranku sedang meronta saat ini. Aku tidak bisa mengendalikan akal sehatku sekarang. Lalu aku berpikir mungkin jika aku mendengar suaranya, pikiranku bisa kembali stabil.
Benar saja! Setelah mendengar suaranya aku memang merasa lega, tapi sesuatu yang lain muncul menyerbu pikiranku kembali.
Sepertinya, aku, Nabila Fauziah Akbar mulai merasa nyaman. Tapi jenis kenyamanan apa ini? aku hanya bisa dikendalikan jika mendengar suaranya atau bertemu secara langsung, jika tidak?
Wah aku tidak berani membayangkannya.
Satu hal yang lain yang kutahu, sepertinya aku tidak bisa tenang kalau dia tidak ada, tapi tenang saja. Aku cukup profesional dengan perasaanku saat ini dan aku cukup terbiasa dengan situasi seperti ini.
Oh ya! Tadi aku menyebut sesuatu seperti, “ dua hari yang lalu”, bukan?
Baiklah, aku akan memberi tahumu sesuatu.
Dua hari yang lalu—tanggal 4 mei 2016—aku menjawab isyarat hatinya, pernyataan cintanya, yang aku yakin ia cukup blak-blakan untuk seukuran pria ... yang baru kukenal. Tapi sungguh aku tidak mempermasalahkannya, hanya saja saat kemarin lusa aku berpikir terlalu banyak. Ia menyatakan perasaannya sekitar seminggu yang lalu dari tanggal 4 itu dan aku baru menjawabnya karena ... ya berbagai alasan dan alasan utamaku karena segala sesuatunya harus dipertimbangkan jika kau ingin hidupmu selamat.
Tapi jujur, aku merasa takut. Takut kalau pria ini tahu seisi kehidupanku dan melangkah mundur dari sampingku. Aku bertanya padanya mengenai ini dan jujur, aku belum cukup puas karena mungkin pertanyaanku pun sengaja tidak kuberikan secara detail.
Sampai saat ini aku selalu membiarkan satu demi satu orang disampingku menjauh dan itulah yang kutakutkan. Takut tidak bisa menjaganya lalu menghilang begitu saja. Takut tidak bisa meyakinkannya bahwa aku sebenarnya butuh orang lain. Takut setiap orang tidak bisa menerima bagaimana hidupku, seperti apa aku dan akan bagaimana nantinya aku.
Aku memang bodoh, terlalu bodoh sampai membiarkan orang lain menjauh tanpa kukejar. Aku terlalu naif bahwa mereka akan kembali dengan sendirinya padahal kenyataan jelas berteriak bahwa mereka benar-benar mengacuhkanku. Sakit, bukan?
Sampai saat itu—dua hari yang lalu—sebenarnya aku ingin menolaknya karena aku takut akan pikiran-pikiran aneh yang selalu menyelinap masuk dalam benakku saat aku bertemu orang baru.
“ bisakah aku menjaganya?” ya semacam itulah.
Lalu aku beranikan diri untuk menerimanya. Separuh hidupku sudah kuhabiskan dengan mengambil banyak resiko dan kali ini kata terkutuk itu harus kupakai lagi.
Resiko. Sebagian orang mengabaikannya, tapi aku malah menghampirinya. Terkadang hidup terlalu lucu sampai kau tidak sempat menertawakannya.
Hah! Sudahlah, aku tidak munafik. Aku menyukainya dengan segala apapun yang ada dalam hidupnya. Aku tidak tahu apa yang dia selipkan dalam hatiku sampai aku merasa bahwa aku terlalu tertarik padanya sehingga kata resiko kutendang entah kemana.
Yang sangat jelas saat ini adalah ... aku hanya ingin mengatakan satu hal yang tidak bisa kuungkapkan dengan lisan.
Mars, jika tidak ada orang lain yang bertahan disampingku lagi, maukah kau menjadi satu-satunya orang yang tetap bertahan pada posisimu saat ini? disampingku? Tidak peduli bagaimana hidupku, tidak peduli bagaimana aku, seperti apa aku dan bagaimana nantinya aku, maukah kau tetap berada didekatku? Meyakinkan aku bahwa hidup ini sebenarnya sangat indah, menjelaskan padaku bahwa setiap waktu adalah harga yang mahal untuk dipertaruhkan, maukah kau Mars?
Banyak orang bilang aku bisa menenangkan hati mereka, berada disituasi sulit untuk mereka. Tapi tahukah kau Mars? Akupun butuh orang seperti itu untuk bisa bertahan hidup..
Hidup ini menarik, bukan? Aku bisa mengatasi masalah mereka padahal akupun butuh bantuan.
Meyakinkan orang lain untuk “ baik-baik saja” disaat keadaanku sedang “ tidak baik-baik saja” adalah hal paling rumit yang pernah ada dalam hidupku.
Tapi jika kau tidak bisa, aku mohon dengan sangat ... entah karena hal apapun itu, atau karena siapapun itu ... aku mohon, jangan biarkan aku menangis.
Karena kau tidak akan tahu, akan seperti apa nantinya aku.
Aku menyayangimu dengan sederhana dan inilah cintaku, Mars ... selamat datang dalam kehidupanku, akan kupastikan kau selalu aman disampingku.