Sabtu, 07 Maret 2015

Duniamu

Kau dan duniamu.
Dunia yang tak bisa kutembus sama sekali. Bentengnya kokoh sekokoh hatimu sampai tak bisa kulewati. Kalaupun aku berhasil melewatinya, itu tidak lebih hanya sampai didepan gerbang istanamu. Istana yang kau bangun dengan berpondasikan keyakinanmu sendiri, sampai rasanya aku memang tak pantas menginjak bumi dari duniamu itu.
Aku masih tetap berdiri didepan gerbangmu. Kakiku mati rasa karena terlalu lama berdiri memperhatikan duniamu dari luar gerbang.
Bahkan tak pernah sedikitpun kau mengintip keluar istana megahmu untuk sekadar melihatku yang masih menunggumu membukakan gerbang yang besar ini. Aku sudah mencoba membukanya, tapi rasanya sulit kulakukan tanpamu. Berat. Lelah.
Ya! Kau bangun gerbang ini seperti rasa sakitmu, sampai orang lain yang ingin bertemu denganmu harus berhasil membuka gerbangmu. Itu berarti mereka harus mengetahui rasa sakitmu.
Tapi tahu kah kau?  Gerbang terkutuk ini menghabiskan sisa tenagaku untuk terus berdiri. Aku mendorongnya sekuat mungkin sampai rasanya kakiku tak mampu lagi menopang tubuhku. Kakiku tak lagi dapat memapah langkah menujumu. Hanya tersisa pertanyaan
 gamang yang tak jelas asalnya dari mana. Dan itu terus menggentayangi pikiranku siang dan malam. Aku terus bertanya-tanya.
 " sedang apa kau didalam sana? Tak terketuk kah pintu hatimu saat aku mencoba mendorong rasa sakitmu? Tak tergugah kah kau ketika aku tetap berdiri gontai menunggumu diluar sini? Apa duniamu terlalu mengasyikan untukmu sampai kau lupa pada gadis yang sudah kehabisan harapan ini? "
Rapuh! Aku rapuh.
Sepertinya duniamu jauh lebih menarik dari perjuanganku saat ini. Mungkin memang seharusnya aku berada didunia milikku sendiri. Jarak antara kita bagaikan langit dan bumi.
Kini hatiku menarik setiap langkahku agar secepat mungkin bagiku untuk keluar dari duniamu. Namun kakiku terlalu berat untuk melangkah. Aku butuh istirahat.
Lalu aku bersandar pada pohon yang daunnya mulai menguning, kuperhatikan dengan seksama dedaunan itu. Mereka sama sekali tidak berguguran meski angin menerpanya. Mereka kokoh.
Dan kusadari semua yang ada diduniamu terlalu kokoh bagiku. Kekokohan ini terlalu berat untuk kulalui.
Sudahlah! Tak ada gunanya memperhatikan duniamu. Duniaku masih setengah perjalanan lagi dan aku harus kuat!
Ku yakinkan dalam hati akan semua tekadku untuk pulang, sampai ketika aku melihat seekor kuda putih menghampiriku dari kejauhan. Dan sampai akhirnya kuda itu merendahkan tubuhnya seperti memberi isyarat agar aku menaikinya. Aku berpikir berulang kali ketika aku melihat kuda itu menangis dihadapanku. Ia menangis seperti menahan sakit dan terus meraung-raung padaku. Kuusap lembut kepalanya dan ia sedikit tenang walau masih menangis. Lalu ia melihat kearahku, isyaratnya masih sama. Ia ingin aku menaikinya. Kali ini aku tak ragu, kunaiki kuda itu dan tanpa komando ia langsung berlari secepat yang ia bisa. Aku bingung, kemana ia akan membawaku?
Dan sedetik kemudian kebingunganku terjawab. Aku melihat gerbang itu lagi. Terkutuklah aku kalau sampai kuda ini berhenti didepan gerbang itu. Oh dan benar saja, ia berhenti tepat didepan gerbang istana itu. Istanamu. Duniamu.
kuda itu merendahkan tubuhnya agar aku bisa turun dengan mudah. Kali ini aku yang menatapnya, ia melihatku sekilas lalu berpaling menatap gerbang.
Aku tak tahu harus apa, jadi aku diam saja sambil memandang kosong menembus gerbangmu. Tapi kuda itu malah mendorong punggungku mendekati gerbang. Sepertinya ia ingin aku membukanya. Aku enggan namun kuda ini terus menatapku. Kurasa aku harus melakukan apa yang ia mau dan setelah itu ia akan yakin dengan sendirinya bahwa gerbang ini sulit dibuka.
semoga kali ini aku tidak tumbang! Do'a itu terus kurapalkan seiring dengan tanganku yang mulai bersiap untuk mendorong. Dan .. kreeeekkkkk
aku mengerjap berulang kali mendengar bunyi itu, aku berhenti mendorong saat kudapati tubuhku sudah berada ditengah gerbang. Ada cahaya memantul dari celahnya. Ku perhatikan dari bawah sampai atas. Gerbang itu terbuka!
Bibirku melengkung membentuk senyuman dan kuda putih itu bersorak untukku.
Satu hal yang kusadari
 " tak peduli jarakmu antara langit atau bumi, kau hanya perlu melewatinya"
kuda itu merendahkan tubuhnya lagi untukku, kunaiki dan ia langsung berlari melewati celah digerbangmu itu.
Ia berlari cepat kearah istanamu. Pemandangan duniamu berlalu begitu cepat saat kuperhatikan.
Ada yang aneh. Duniamu aneh bagiku.
aku belum benar-benar lepas dari pikiranku saat kuda itu berhenti didepan pintu istanamu. Kumasuki pintu itu namun didalamnya terlalu gelap dan dingin.
Aku menggigil dan takut tapi langkahku malah menyeretku untuk masuk lebih dalam. Sampai akhirnya seberkas cahaya dapat membantuku untuk melihat lebih jelas. Dan aku tiba dalam sebuah ruang yang besar namun kosong, hanya ada seseorang sedang berdiri menghadap jendela. Kau kah itu?
perlahan ia menengok kearahku. Benar! Itu kau!
Aku bingung harus berekspresi seperti apa hanya saja aku lega. Sangat lega.
lalu kaupun tersenyum dan menghampiriku, tanpa kusadari tubuhmu menarikku dalam dekapanmu. Hangat.
rasa itu langsung menjalar disekujur tubuhku.
Sesuatu melintas dalam benakku. Kuda itu, gerbang itu dan .. kau. Ya! Sepertinya aku sudah membuka satu pintu lagi. Pintu utama. Pintu hatimu.
" kukira duniamu jauh lebih indah dari duniaku",kataku
" indah saat kau ada", jawabnya.


Dan satu hal yang kutahu ..
" tak peduli berapa banyak pintu yang kulewati, aku hanya perlu melewati satu pintu. Dan pintu itu jauh lebih berharga dari ribuan pintu emas sekalipun. Ya! Pintu hatimu selalu istimewa untuk kulewati .. namun saat ini tak perlu bagiku untuk melewatinya, karena aku sudah memilikinya "